TÜRKİYE
3 menit membaca
Akrobat diplomatik Turkiye di dunia yang terpecah-belah
Baik dalam memediasi pembebasan sandera, memfasilitasi perjanjian perdagangan, atau menciptakan ruang untuk dialog, Forum Diplomasi Antalya berfungsi sebagai platform untuk keterlibatan global, dengan Ankara memposisikan dirinya sebagai jembatan di dunia yang terpecah-belah.
Akrobat diplomatik Turkiye di dunia yang terpecah-belah
Forum Diplomasi Antalya akan diadakan pada tanggal 11-13 April dengan tema “Merangkul Diplomasi di Dunia yang Terpecah Belah”. / AA
10 April 2025

Saat upaya mediasi tradisional kerap menemui jalan buntu, Turkiye menunjukkan bahwa dialog tetap menjadi alat tak tergantikan dalam menjaga stabilitas global—even dalam kondisi paling kompleks sekalipun.

Komitmen ini tercermin dalam Antalya Diplomacy Forum (ADF), forum tahunan yang kini memasuki tahun keempat. Diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri Turkiye, ADF menjadi ruang langka bagi pihak-pihak yang berseteru, sekutu, dan aktor yang kerap tersisih untuk berdialog setara.

Tema tahun ini, “Reclaiming Diplomacy in a Fragmented World,” mencerminkan tantangan zaman. Ketika dunia dilanda perang, polarisasi, dan krisis kepercayaan, pentingnya keterlibatan dibanding isolasi menjadi semakin nyata.

Dengan menekankan dialog daripada konfrontasi, Turkiye mendorong kebangkitan diplomasi sebagai sarana utama menyelesaikan konflik dan memperkuat perannya sebagai mediator global.

Forum yang akan berlangsung pada 11–13 April di Antalya ini menghadirkan peserta dari 148 negara, termasuk 19 kepala negara dan pemerintahan, 52 menteri luar negeri, serta pejabat tinggi internasional lainnya.

Rekam jejak ADF dalam diplomasi global

2021: Di tengah ketegangan pascaperang Armenia–Azerbaijan, Turkiye mengundang kedua negara ke ADF. Kehadiran menteri luar negeri Armenia pada 2022 menandai awal mencairnya hubungan bilateral.

2022: ADF menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi pertama antara menteri luar negeri Rusia dan Ukraina sejak pecahnya perang. Forum ini kemudian menjadi cikal bakal Kesepakatan Gandum Laut Hitam yang mencegah krisis pangan global.

2024: Turkiye memperkuat kerja sama ekonomi dan keamanan dengan negara-negara Afrika, serta membuka ruang diplomasi bagi Venezuela, Kuba, dan Iran—negara-negara yang kerap tersisih dari forum global arus utama.

Dengan menyediakan ruang netral untuk keterlibatan, ADF telah memperkuat posisi Turkiye sebagai aktor diplomatik yang kredibel.

Peacemaker yang pragmatik

Terletak di antara Eropa, Asia, dan Timur Tengah, Turkiye berada di wilayah yang rentan konflik. Namun, alih-alih menjadi penonton, Ankara memanfaatkan lokasinya untuk memainkan peran aktif sebagai penengah.

Peran ini kembali ditegaskan pada 30 Januari, ketika Badan Intelijen Nasional Turkiye (MIT), di bawah arahan Presiden Recep Tayyip Erdoğan, membantu membebaskan sandera asal Thailand yang ditahan oleh Hamas di Gaza—atas permintaan resmi dari pemerintah Thailand.

Langkah ini memperlihatkan kemampuan Turkiye bermanuver di tengah ketegangan, memperkuat reputasinya sebagai mediator terpercaya dan aktor utama dalam diplomasi kemanusiaan.

Ketika pendekatan Barat kerap menemui hambatan politik atau minimnya kepercayaan lokal, Turkiye hadir dengan model alternatif: keterlibatan tanpa paksaan.

Contoh konkret lainnya adalah Kesepakatan Koridor Gandum 2022 antara Rusia dan Ukraina. Dengan dukungan PBB, Turkiye menjembatani kesepakatan yang memungkinkan ekspor gandum Ukraina tetap berjalan via Laut Hitam—menahan krisis pangan global.

Turkiye juga memperluas peran mediasinya ke Tanduk Afrika. Ketika ketegangan meningkat antara Ethiopia dan Somalia terkait kesepakatan Ethiopia dengan Somaliland, Turkiye turun tangan sebagai penengah.

Menanggapi permintaan kedua negara, Turkiye memfasilitasi Deklarasi Ankara, yang menghasilkan kesepakatan damai pada akhir 2024. Inisiatif ini membuka babak baru kerja sama, termasuk zona perdagangan bebas dan proyek energi bersama.

Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud dan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed secara terbuka menyampaikan terima kasih atas inisiatif Turkiye, seraya menegaskan komitmen mereka terhadap stabilitas regional.

Selain mengamankan perdamaian, mediasi Turkiye memperluas pengaruh geopolitiknya. Dengan menjaga saluran komunikasi terbuka, Ankara memastikan dirinya tetap relevan dalam diskusi yang membentuk arsitektur kekuasaan global.

SUMBER:TRT World
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us