POLITIK
3 menit membaca
Omar Suleiman: Musk meniupkan 'setiap peluit Islamofobia yang bisa dibayangkan'
Cendekiawan Muslim terkemuka di dunia menyatakan kesiapannya untuk mengoreksi orang terkaya di dunia setelah serangkaian cuitan Elon Musk yang, menurut Suleiman, "sama berbahayanya dengan ketidak jujurannya tentang Islam, agama yang dianut oleh lebih dari 2 miliar orang."
Omar Suleiman: Musk meniupkan 'setiap peluit Islamofobia yang bisa dibayangkan'
omar sulaiman / TRT World
23 Januari 2025

Omar Suleiman telah menyerukan kepada Elon Musk untuk berhenti meniupkan "peluit politik Islamofobia" dan mengundang orang terkaya di dunia tersebut untuk berdialog jika Musk yang secara tidak sengaja menyebarkan narasi anti-Muslim di platform media sosialnya.

Suleiman, seorang imam terkemuka secara global, seorang teolog, aktivis hak asasi manusia, dan presiden Yaqeen Institute for Islamic Research, pada hari Selasa menuduh Musk membagikan cuitan yang "berbahaya" dan "tidak jujur" tentang Islam.

"Ketika salah satu mobil Tesla menabrak seseorang saat mode self-driving atau terbakar dan media menuduh kendaraan kamu tidak aman, kamu menunjukkan hal ini sebagai bias sampel, membagikan berbagai statistik, dan menuduh media secara tidak sengaja atau sengaja menyalahartikan statistik untuk mempromosikan agenda tertentu," tulis Suleiman di akun X-nya, menandai Musk, CEO miliarder dari perusahaan teknologi luar angkasa SpaceX dan perusahaan otomotif Tesla.

“Namun, selama seminggu terakhir, Anda telah meniupkan setiap peluit Islamofobia, dengan menyoroti insiden oleh kelompok kecil (mengerikan) yang konon mengatasnamakan Islam. Rentetan tweet Anda yang ditujukan kepada Islam ini sama berbahayanya dengan ketidakjujuran terhadap keyakinan yang dianut oleh lebih dari 2 miliar orang.”

Suleiman menyatakan kesiapannya untuk berdialog dengan Musk jika yang bersangkutan "benar-benar" ingin mendapatkan klarifikasi.

"Jika Anda tidak tahu bahwa Anda melakukan ini dan benar-benar ingin mendapatkan sebuah klarifikasi, saya dan ahli lain yang sangat mudah dihubungi bersedia untuk berdialog. Jika ini adalah sebuah kampanye fitnah yang sengaja dilakukan, maka Anda memang adalah seorang munafik seperti yang pernah Anda kecam," tulis Suleiman.

Musk mengabaikan pria berkulit putih Inggris

Elon Musk, yang akan bertugas sebagai penasihat eksternal untuk pemerintahan administrasi baru Donald Trump, terlibat dalam urusan politik Inggris.

Dia memicu kontroversi besar mengenai pelecehan dan pemerkosaan terhadap perempuan di Inggris selama beberapa dekade dan mengaitkan hal ini dengan sekelompok pria, ia berfokus dan mencontohkan pria Muslim, Pakistan dan budaya mereka sebagai pelaku kejahatan tersebut, namun mengabaikan mayoritas pria kulit putih Inggris yang juga terlibat dalam kejahatan tersebut.

Kasus-kasus ini telah digunakan oleh politisi sayap kanan untuk mengaitkan pelecehan seksual dengan imigrasi, dan menuduh lawan politik melakukan penutupan.

Miliarder CEO Tesla tersebut telah menunjukkan minat yang tidak konsisten pada politik Inggris sejak Partai Buruh yang berhaluan sayap tengah-kiri terpilih pada bulan Juli. Musk menggunakan jaringan sosial miliknya, X, untuk menyerukan pemilu baru dan menuntut Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dipenjara.

Pada hari Senin, dia memposting jajak pendapat online untuk jutaan pengikutnya dengan saran: "Amerika harus membebaskan rakyat Inggris dari pemerintah tirani."

Tuduhan Musk bertentangan dengan studi di Inggris, Skotlandia, dan Wales yang dilakukan oleh pemerintah Inggris sebelumnya yang telah membantah mitos "geng grooming Asia" yang dipopulerkan oleh sayap kanan Inggris dan lainnya.

Menurut penelitian yang disponsori oleh Kementerian Dalam Negeri Inggris pada tahun 2020, mayoritas geng pelecehan seksual anak terdiri dari pria kulit putih di bawah usia 30 tahun.

"Tidak ada bukti yang kredibel bahwa kelompok etnis tertentu lebih banyak terwakili," tambah penelitian tersebut.

Pada saat itu, Nazir Afzal, mantan kepala jaksa mahkota di wilayah Inggris Barat Laut, yang membawa tuntutan atas geng grooming di Rochdale, menyambut baik laporan tersebut.

"Laporan ini mengonfirmasi bahwa pria kulit putih tetap menjadi pelaku paling umum, yang jarang disebutkan oleh komentator dan politisi sayap kanan," katanya.

Pada Februari 2024, lembaga pemikir Centre of Expertise on Child Sexual Abuse menganalisis data etnis dari terdakwa dan menemukan bahwa meskipun hanya 9 persen dari populasi, pria keturunan Asia secara umum terlibat dalam 7 persen kasus pelecehan seksual anak, sedangkan pria kulit putih, yang mencakup 83 persen populasi, terlibat dalam 88 persen kasus kejahatan tersebut.

SUMBER: TRT WORLD

Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us