Harga emas terus mencetak rekor baru
Harga emas terus meningkat selama beberapa tahun terakhir, dan tren itu berlanjut di tahun 2025. Pada musim semi, harga emas di bursa komoditas Chicago sempat menyentuh rekor baru: menembus US$3.500 per ons troy.
Memasuki musim panas, harga memang sempat sedikit turun, namun masih tergolong tinggi. Sepanjang Juli, emas diperdagangkan di kisaran US$3.350–3.400. Sejak awal tahun, logam mulia ini sudah naik hampir 30%.
Perak pun ikut mencuri perhatian. Kenaikan harganya dimulai sejak akhir 2023. Dari sekitar US$21 per ons, kini sempat menyentuh US$39,5 — harga tertinggi dalam 14 tahun terakhir.
“Dalam situasi geopolitik dan ekonomi yang tidak menentu, investor biasanya mencari aset aman seperti emas dan perak. Mereka ingin melindungi nilai kekayaan dari gejolak mata uang dan pasar saham,” jelas Igor Rastorguev, analis utama AMarkets, kepada TRT.
Beberapa tahun terakhir, gejolak global makin sering terjadi: konflik bersenjata, perang dagang antarnegara, sanksi ekonomi — dan semua ini masih terus berlanjut di 2025. “Itulah kenapa logam mulia kembali dilirik sebagai tempat aman menyimpan aset,” kata Olga Romanchenko, dosen keuangan dari Universitas Ekonomi Plekhanov.
Apa yang membuat harga emas makin mahal?
Permintaan tinggi dari bank sentral dunia jadi salah satu pendorong utama. Negara-negara seperti China, India, Turkiye, Uganda, dan Nigeria secara aktif menambah cadangan emasnya.
Goldman Sachs mencatat, lembaga-lembaga negara membeli sekitar 80 ton emas per bulan — senilai lebih dari US$8,5 miliar.
China, misalnya, menambah 44 ton emas ke cadangan mereka pada akhir tahun lalu. Kini totalnya mencapai 2.292 ton — dan bisa jadi lebih banyak, karena banyak analis menduga China membeli emas dalam jumlah besar secara diam-diam.
Tujuannya? Mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan melindungi sistem keuangan nasional dari potensi sanksi Amerika.
Selain itu, kebijakan dagang agresif Donald Trump juga ikut memicu lonjakan harga emas. Ia menetapkan batas waktu 1 Agustus untuk merampungkan kesepakatan dagang AS dengan negara lain. “Itu batas akhirnya, tidak akan diperpanjang,” tulisnya di Truth Social.
Jika tenggat itu lewat, AS bisa menaikkan tarif impor dari negara-negara yang dianggap tidak kooperatif. Negara-negara tersebut pun kemungkinan akan membalas — dan ini bisa memperpanjang perang dagang global.
Skenario ini tentu saja membuat investor makin memburu emas. Beberapa analis bahkan memprediksi harganya bisa kembali menyentuh US$3.500 per ons.
Dari sisi ekonomi AS, situasinya juga belum terlalu meyakinkan. The Fed kembali menahan suku bunga di level 4,25–4,5%, karena pertumbuhan ekonomi melambat dan inflasi tetap tinggi. Investor berharap ada pelonggaran kebijakan moneter di musim gugur nanti.
Jika suku bunga benar-benar diturunkan, emas bisa kembali melesat. Dalam jangka menengah, harga emas diperkirakan bisa mencapai US$4.000 per ons.
Perak, alternatif yang makin dilirik
Saat harga emas makin tinggi, banyak investor mulai melirik perak sebagai alternatif yang lebih terjangkau. Tapi karena permintaan terus naik, pasokan fisik perak di pasar justru makin terbatas — dan ini ikut mendorong harganya.
Sejak awal 2025, harga perak sudah naik lebih dari 33%.
Kelangkaan perak bukan hal baru. Sejak 2021, pasokannya memang kurang. Sekitar 60% permintaan global perak berasal dari sektor industri. Sisanya untuk alat makan, perhiasan, dan fotografi.
Perak juga jadi komponen penting dalam energi terbarukan, terutama panel surya. Produsen kini beralih ke teknologi yang lebih efisien dan butuh lebih banyak perak. “Inilah yang bikin pasokan fisik perak makin terbatas,” jelas Prof. Mikhail Gordienko dari Universitas Ekonomi Plekhanov.
The Silver Institute mencatat, defisit pasokan perak tahun ini diperkirakan mencapai 3.700 ton — turun 21% dari tahun lalu, tapi tetap tergolong tinggi.
Faktor lain yang bikin harga perak makin panas adalah kebijakan dagang AS. Mulai 1 Agustus, AS mengancam akan mengenakan tarif 30% untuk produk impor dari Meksiko — negara penghasil dan pengekspor perak terbesar ke AS. Meski perak belum terkena tarif secara langsung, tapi ketidakpastian ini ikut memengaruhi pasar.
Menurut analis, semua faktor ini — ditambah ketegangan geopolitik — bisa membuat harga perak terus naik. Tahun ini saja, harganya bisa menembus US$45 hingga US$48 per ons.
“Selama situasi global belum stabil, permintaan terhadap aset aman seperti perak akan tetap tinggi, minimal sampai akhir 2025,” tambah Rastorguev.
Investasi emas atau perak? Pilih sesuai profil risiko
Baik emas maupun perak adalah aset klasik yang sudah teruji. “Emas tetap jadi pilihan utama untuk menjaga nilai aset di tengah inflasi dan ketidakpastian,” ujar Romanchenko. Tapi, ia menyarankan agar emas dijadikan investasi jangka panjang — minimal tiga tahun.
Sementara itu, perak lebih cocok untuk investor yang siap menghadapi fluktuasi harga. “Saat ini, pasar perak sudah cukup panas dan cenderung spekulatif,” kata Gordienko.
Romanchenko menyarankan, investor konservatif sebaiknya pilih emas fisik. Tapi kalau kamu investor yang berani ambil risiko lebih besar, perak bisa jadi peluang menarik untuk diversifikasi.