Google pada Selasa (10/9) menyatakan akan mematuhi permintaan pemerintah Korea Selatan untuk memburamkan citra satelit sensitif pada layanan pemetaan miliknya. Langkah ini membuka peluang bagi raksasa teknologi asal AS tersebut untuk bersaing lebih baik dengan platform navigasi lokal.
Hal itu berkaitan dengan aturan hukum di Korea Selatan yang mewajibkan perusahaan menyimpan data geospasial inti secara lokal, sesuatu yang selama ini enggan dipenuhi Google.
Akibatnya, perusahaan teknologi domestik seperti Naver dan Kakao menguasai pasar layanan peta, sehingga menyulitkan wisatawan asing yang tidak terbiasa dengan platform tersebut.
Google untuk pertama kalinya mengonfirmasi pada Selasa bahwa pihaknya akan mematuhi permintaan Seoul.
“Kami sudah menegaskan komitmen dengan pemerintah untuk memburamkan citra satelit sebagaimana diwajibkan, dan kami akan menjajaki penggunaan citra dari pihak ketiga Korea yang disetujui bila memungkinkan,” kata Wakil Presiden Google, Cris Turner, kepada wartawan.
Dua dekade perselisihan
Pengumuman ini menandai babak akhir dari perselisihan hampir dua dekade, di mana Google berkali-kali mengajukan akses terhadap peta detail Korea Selatan demi menyediakan layanan navigasi jalan kaki maupun berkendara, namun Seoul menolak mengekspor data tersebut dengan alasan keamanan nasional.
Turner menambahkan bahwa Google akan “menginvestasikan banyak waktu dan sumber daya” untuk menghapus koordinat fasilitas keamanan dari peta miliknya.
Akses Google Maps juga sempat menjadi isu dalam pembicaraan dagang terbaru Korea Selatan dengan Amerika Serikat. Dalam pertemuan itu, Seoul berhasil memperoleh pengurangan tarif menit-menit terakhir dari Presiden Donald Trump.
Kantor kepresidenan Korea Selatan menyebut bahwa data peta presisi tinggi menjadi salah satu topik yang “paling banyak dibahas” oleh menteri perdagangan mereka dengan mitra AS.
Namun, kantor presiden menegaskan tidak ada “konsesi tambahan dari pihak kami di bidang tersebut”.
Sumber industri mengatakan kepada AFP pada Selasa bahwa pejabat Korea Selatan masih melanjutkan pembicaraan dengan Washington, dengan kemungkinan ekspor peta presisi tinggi tetap menjadi agenda.