Pengguna media sosial mengecam Valentina Gomez, kandidat Partai Republik untuk distrik kongres ke-31 Texas asal Kolombia, karena menistakan Al-Qur’an dengan penyembur api dalam sebuah video viral. Aksi itu membuatnya diblokir dari semua platform besar kecuali X.
Kandidat sayap kanan MAGA (Make America Great Again) itu memicu kemarahan lewat iklan kampanye di mana ia terlihat membakar Al-Qur’an dan menyerukan agar Islam dihentikan “sekali untuk selamanya.”
Dalam rekaman provokatif itu, ia salah mengklaim bahwa “Amerika adalah negara Kristen” dan menyebut Muslim sebagai “teroris,” sambil menyuruh mereka “pergi ke salah satu dari 57 negara Muslim. Hanya ada satu Tuhan sejati, yaitu Tuhan Israel.”
Namun, aksinya memicu kecaman. Banyak warganet menilai Gomez—yang mengaku mencintai Yesus dan Bunda Maria—telah merendahkan dua sosok yang justru disebut berkali-kali dalam kitab suci umat Islam.
“Yesus disebut positif 25 kali dan Maria 36 kali dalam Al-Qur’an. Bandingkan dengan Talmud. @ValentinaForUSA kenapa kamu menghina Yesus dan Maria demi Zionis dengan membakar Al-Qur’an?” tulis seorang pengguna X.
“Dalam Al-Qur’an, Yesus disebut 25 kali; ibunya, Maria, bahkan lebih sering daripada di Perjanjian Baru, sebanyak 34 kali. Ada satu surah khusus bernama Maryam (surah 19) yang menceritakan kelahiran ajaib Yesus. Dia membakar kitab itu, betapa bodohnya,” ujar pengguna lain.
Agama dijadikan alat politik
Muslim memang hanya sebagian kecil dari populasi AS, tapi jumlahnya terus bertambah. Menurut kelompok advokasi, diskriminasi dan serangan terhadap Muslim serta Arab di AS mencapai puncak baru pada 2024 di tengah genosida Israel di Gaza.
Gomez, yang lahir di Kolombia, adalah politikus yang belum pernah berhasil meraih jabatan. Ia dikenal kerap memakai taktik provokatif dan retorika penuh kebencian terhadap Muslim, orang kulit hitam, dan imigran demi mencari popularitas politik.
Dalam video terbarunya, ia menutup dengan pernyataan bahwa dirinya “digerakkan oleh Yesus Kristus.”
Warganet menilai Gomez hanya memanfaatkan agama untuk mendongkrak ambisi politik.
“Keluar dari negara bagian saya! Tak ada tempat untuk intoleransi dan orang-orang penuh kebencian yang bahkan tidak percaya pada hak dasar seperti AMANDEMEN PERTAMA yang menjamin kebebasan beragama. Belajarlah dasar-dasarnya sebelum maju sebagai kandidat,” tulis seorang pengguna.
Pembakaran Al-Qur’an itu menunjukkan “kebodohannya,” komentar pengguna lain.
“Al-Qur’an menghormati umat Kristen sebagai yang ‘paling dekat kasih sayangnya’ (QS Al-Maidah 5:82) dan menjunjung Yesus sebagai nabi serta Maryam sebagai wanita yang paling suci (5:75, 5:110). Aksinya hanya menambah kebencian, bukan pemahaman.”
Richard Grenell, utusan khusus Presiden AS Donald Trump untuk misi khusus, juga mengecam Gomez karena meremehkan Amandemen Pertama Konstitusi AS.
“Berhentilah merongrong Amandemen Pertama yang dibuat para pendiri bangsa. Konstitusi AS menjamin kebebasan beragama. Kamu jelas tidak memahami kebebasan kami,” tulisnya di X.
‘Dengarkan kesaksian Mother Agapia’
Pada Desember 2024, Gomez juga memicu kemarahan setelah membagikan video grafis yang mensimulasikan eksekusi publik terhadap seorang migran, dengan dirinya terlihat menembak sebuah boneka berkerudung.
Video itu membuat Presiden Kolombia, Gustavo Petro, menyebutnya “fasis.”
“Ia bukan hanya fasis Amerika, tapi juga orang Kolombia. Dan sebagai migran, ia justru ingin menyebarkan kebencian terhadap sesama migran. Faktanya, sebagian besar orang Amerika tewas justru oleh sesama orang Amerika,” kata Petro.
Aksinya juga berimbas pada saudaranya, Jonathan Gomez Noriega, yang diberhentikan dari jabatannya di kantor Wali Kota Steven Fulop setelah ketahuan menyumbang dana kampanye untuk Valentina.
Meski Gomez terang-terangan mendukung Trump, mantan presiden AS itu belum pernah memberikan dukungan balik.
Shaikha Ali Al-Marri, pejabat senior di Kementerian Luar Negeri Qatar, menilai jika Gomez benar peduli pada umat Kristen, seharusnya ia berdiri bersama mereka, bukan dengan rezim kolonial Zionis yang bahkan ditentang banyak orang Yahudi karena teror dan penindasan.
“Ia seharusnya mendengarkan penderitaan umat Kristen di Tanah Suci, di Palestina, yang berada di bawah rezim Israel yang meludahi, menyerang, bahkan membunuh mereka, mengebom katedral, serta menistakan gereja mereka. Jika tulus membela Kristen, ia seharusnya mendengar kesaksian Mother Agapia, bukan justru berpihak pada pihak yang menindas pengikut Kristus,” tulisnya di X.
Al-Marri juga membagikan tautan YouTube berisi wawancara terbaru Mother Agapia Stephanopoulos bersama Tucker Carlson, yang dipuji karena menyoroti pengalaman umat Kristen Palestina di bawah pendudukan Israel dan perang di Gaza.