Pemerintah Indonesia menegaskan kembali dua prioritasnya dalam mengembangkan industri penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS): mengurangi emisi karbon dan menarik investasi baru.
“Prioritas utama pemerintah adalah memastikan bahwa inisiatif ini tidak hanya berkontribusi pada pengurangan emisi tetapi juga menciptakan peluang investasi,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Laode Sulaeman, dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis pada 5th Asia Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) Network Forum di Jakarta.
Sulaeman menggarisbawahi bahwa potensi geologi Indonesia yang besar dan kerangka regulasi yang mendukung memberikan fondasi yang kuat bagi negara ini untuk memposisikan diri sebagai pusat regional untuk CCS.
Ia menambahkan bahwa kolaborasi dengan negara-negara tetangga akan sangat penting dalam mengubah potensi ini menjadi proyek-proyek nyata.
Acara ini diselenggarakan bersama oleh Kementerian ESDM, Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI), Lembaga Penelitian Ekonomi ASEAN dan Asia Timur (ERIA), Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), dan Pusat Unggulan CCS dan CCUS Indonesia.
Presiden ERIA, Tetsuya Watanabe, menekankan bahwa mencapai kemajuan dalam pengembangan CCS membutuhkan kolaborasi lintas batas.
"Forum ACN ke-5 menggarisbawahi pentingnya kerja sama regional dalam CCS dan pemulihan karbon. Tantangan-tantangan ini tidak dapat diselesaikan oleh satu negara saja," ujarnya, seperti dikutip Antara News.
Watanabe lebih lanjut mencatat bahwa regulasi yang harmonis, investasi infrastruktur yang berkelanjutan, dan kepercayaan antar pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat merupakan kunci untuk mewujudkan tujuan-tujuan ini.
Ia menekankan bahwa Jaringan CCUS Asia menawarkan platform unik untuk memupuk kepercayaan ini dan mengubah visi bersama menjadi proyek-proyek yang dapat ditindaklanjuti.
