Indonesia mengumumkan penemuan 19 spesies flora dan fauna baru hingga pertengahan tahun 2025, memperkuat statusnya sebagai salah satu negara megabiodiversitas di dunia. Kementerian Kehutanan menyampaikan bahwa penemuan ini merupakan hasil kolaborasi antara lembaga pemerintah, peneliti, dan akademisi dari berbagai universitas dalam negeri.
Pengumuman ini disampaikan bertepatan dengan puncak peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2025, yang diadakan pada 11 Agustus di Auditorium Dr. Ir. Soedjarwo, Manggala Wanabakti, Jakarta. HKAN diperingati setiap 10 Agustus berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun 2009.
Dalam pernyataannya, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni memuji kekayaan biodiversitas yang dimiliki Indonesia. “Sangat sedikit negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati seperti Indonesia,” katanya.
Ia menambahkan bahwa Indonesia merupakan rumah bagi 10 persen spesies tumbuhan berbunga, 12 persen mamalia, sekitar 15 persen reptil dan amfibi, serta 17 persen spesies ikan di dunia.
Sebanyak 19 spesies baru yang ditemukan terdiri dari 11 jenis tumbuhan dan 8 jenis fauna. Beberapa di antaranya diidentifikasi di wilayah-wilayah konservasi seperti Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya di Kalimantan, Taman Nasional Rinjani, dan Papua Barat Daya.
Beberapa spesies tumbuhan baru yang diumumkan meliputi:
Begonia bukitrayaense, Begonia kalimantana, dan Bulbophyllum bukitbakariense dari Kalimantan.
Dendrobium wanmae, Dendrobium eruciforme, Bulbophyllum abuniorum, Bulbophyllum sandfordiorum, dan Mediocalcar gemma-coronae dari Papua Barat Daya.
Morchella rinjaniensis dari NTB, Homalomena chikmawatiae dari Riau, serta Chiloschista tjiasmantoi dari Aceh.
Sementara itu, di antara spesies fauna baru, ditemukan:Kadal jari bengkok Cyrtodactylus pecelmadiun di Jawa Timur.
Dua spesies katak bertaring: Limnonectes maanyanorum dan Limnonectes nusantara dari Kalimantan Tengah.
Katak pohon Rhacophorus boeadii dari Sulawesi Barat dan Tengah.
Siput darat Diancta batubacan dari Maluku Utara.
Dua spesies kumbang daun: Thlaspidula gandangdewata dan Thlaspidula sarinoi dari Sulawesi.
Ikan gua buta Barbodes klapanunggalensis dari Jawa Barat.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Satyawan Pudyatmoko, menjelaskan bahwa penemuan ini adalah hasil kerja sama lintas institusi. “Kementerian bekerja sama dengan BRIN dan universitas untuk melakukan eksplorasi, ekspedisi, dan identifikasi spesies flora dan fauna baru dari Sabang hingga Merauke,” ujarnya.
Masa depan konservasi
HKAN 2025 mengangkat tema: “Bergerak bersama membangun sinergi antar generasi demi masa depan konservasi yang lebih baik melalui peningkatan manfaat sosial hutan dan mewujudkan hidup harmonis bersama alam” dengan tagline “Youth for Conservation, Beyond Expectations”. Rangkaian acaranya mencakup diskusi bertema konservasi, pertunjukan seni, deklarasi generasi muda, serta pameran produk konservasi dari UPT lingkup KSDAE.
Direktur Jenderal KSDAE, Satyawan Pudyatmoko dalam kesempatan ini menyoroti peran strategis generasi muda dalam menjaga kelestarian alam Indonesia. “Kami percaya bahwa generasi muda adalah agen perubahan yang memiliki energi, kreativitas, dan semangat kolaboratif yang luar biasa” ungkap Satyawan.
Kementerian Kehutanan menegaskan bahwa kolaborasi lintas generasi dan lintas sektor akan terus menjadi strategi utama dalam menjaga ekosistem dan keanekaragaman hayati nasional.