PERANG GAZA
3 menit membaca
Jangan lupakan Gaza: Pesan terakhir jurnalis Al Jazeera yang tewas, menyerukan dunia berdiri bersama
Anas al-Sharif menyerukan dunia untuk tidak berdiam diri dan menjadi jembatan menuju pembebasan Palestina.
Jangan lupakan Gaza: Pesan terakhir jurnalis Al Jazeera yang tewas, menyerukan dunia berdiri bersama
Gambar buram sisa-sisa al-Sharif setelah serangan Israel di Kota Gaza / AA
11 Agustus 2025

Jurnalis Al Jazeera Anas al-Sharif, yang tewas dibunuh Israel dalam serangan terhadap tenda jurnalis di Kota Gaza, meninggalkan wasiat dan pesan terakhir yang menyentuh. Dalam pesannya, ia meminta dunia untuk tidak melupakan Gaza yang terkepung dan rakyat Palestina.

Dalam wasiat yang dibagikan melalui akun media sosialnya setelah ia terbunuh pada Minggu, al-Sharif menulis bahwa dirinya telah memberikan “segala upaya dan seluruh kekuatan untuk menjadi penopang dan suara bagi rakyatku.”

“Harapanku adalah Allah memanjangkan umurku sehingga aku bisa kembali bersama keluarga dan orang-orang tercinta ke kota asal kami di Asqalan (Al-Majdal) yang diduduki. Namun kehendak Allah yang berlaku, dan keputusan-Nya adalah final,” tulis al-Sharif.

“Aku telah menjalani hidup dalam rasa sakit yang begitu mendetail, merasakan penderitaan dan kehilangan berkali-kali, namun tak sekalipun aku ragu untuk menyampaikan kebenaran apa adanya, tanpa distorsi atau pemalsuan.”

Al-Sharif meninggalkan keluarga yang terdiri dari ibunya, istrinya, serta dua anaknya. Ia berpesan agar keluarganya dijaga, khususnya putra dan putrinya, setelah ia dibunuh oleh Israel.

“Aku memohon kalian untuk mendampingi mereka, menjadi penopang mereka setelah Allah Yang Maha Kuasa. Jika aku mati, maka aku mati dalam keteguhan memegang prinsip,” ujarnya.

‘Jangan lupakan Gaza’

Al-Sharif juga menyerukan semua orang untuk berdiri bersama Palestina dan rakyatnya, khususnya “anak-anak yang tak berdosa.” Ia meminta semua pihak untuk tidak berdiam diri dan menjadi jembatan yang akan mengantarkan pada pembebasan Palestina.

“Aku titipkan Palestina kepada kalian — permata di mahkota dunia Muslim, detak jantung setiap orang merdeka di dunia ini. Aku titipkan rakyatnya, anak-anaknya yang terzalimi dan tak bersalah, yang tak pernah sempat bermimpi atau hidup dalam keamanan dan damai,” ujar al-Sharif.

“Aku memohon kalian agar rantai tidak membungkam suara kalian, dan batas negara tidak membatasi langkah kalian. Jadilah jembatan menuju pembebasan tanah dan rakyatnya, hingga matahari kehormatan dan kebebasan terbit di atas tanah air kita yang dirampas,” tambahnya.

Ia juga memanjatkan doa agar Allah menerimanya di antara para syuhada dan mengampuni dosa-dosanya.

“Jangan lupakan Gaza… Dan jangan lupakan aku dalam doa tulus kalian untuk ampunan dan penerimaan,” tutup al-Sharif dalam wasiatnya.

Genosida terhadap jurnalis

Al-Sharif merupakan satu dari lima jurnalis yang dibunuh Israel dalam serangan pada Minggu lalu.

Jurnalis lainnya yang tewas dalam serangan itu antara lain Mohamed Qraiqea, Ibrahim Dahir, Moumin Alaywa, dan Mohammed Noufal.

Kantor Media Gaza menyatakan jumlah jurnalis yang tewas sejak dimulainya genosida Israel di Gaza pada 7 Oktober 2023 kini meningkat menjadi 237 orang, setelah pembunuhan terhadap lima jurnalis tersebut.

Israel telah melarang masuknya jurnalis internasional ke Gaza untuk membungkam kebenaran tentang genosida yang dilakukan terhadap rakyat Palestina.

Sebelum pembunuhan jurnalis Al Jazeera pada Minggu, serangan terakhir terhadap jurnalis di Gaza terjadi pada akhir Juli, ketika Israel membunuh jurnalis foto Adam Abu Harbid.

SUMBER:TRT World
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us