ASIA
3 menit membaca
Indonesia upayakan kendalikan wabah campak di tengah kekhawatiran dan celah kebijakan
Indonesia sedang berjuang melawan kebangkitan campak dan polio, dengan hampir 3.500 kasus campak dilaporkan secara nasional sejak Januari dan 20 kematian anak-anak, menurut laporan media lokal.
Indonesia upayakan kendalikan wabah campak di tengah kekhawatiran dan celah kebijakan
Petugas kesehatan memberikan suntikan vaksin campak kepada anak selama kampanye vaksinasi campak, di Sumenep, Indonesia. (Foto AP/Trisnadi)
16 jam yang lalu

Pemerintah telah berjanji untuk segera menahan gelombang kasus campak yang telah menyebar ke seluruh Indonesia. Menteri kesehatan Buni Gunadi Sadikin mengumumkan rencana untuk memvaksinasi 70.000 anak di Kabupaten Sumenep Jawa Timur dalam waktu dua bulan.

"Langkah pertama kami adalah memperkuat pengawasan," kata Budi dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh The Jakarta Post. Ia menekankan bahwa vaksin campak efektif, mencatat bahwa anak -anak yang menerimanya tidak akan tertular penyakit lagi.

Pejabat berwenang mengakui bahwa cakupan vaksin yang tidak merata telah berkontribusi pada penyebaran wabah ini. 

Juru bicara Kementerian Kesehatan Aji Muhawarman mengatakan tingkat imunisasi masa kecil telah turun menjadi 87 persen pada tahun 2024, turun dari 92 persen pada 2018, keduanya jauh di bawah tolok ukur 95 persen Organisasi Kesehatan Dunia untuk kekebalan komunal.

Untuk mengatasi kesenjangan ini, kementerian telah meluncurkan vaksinasi catch-up dan program imunisasi respons wabah, sambil melanjutkan pembentukan cacing massal dan pengobatan polio eradikasi pada tahun 2029.

Namun, para ahli berpendapat bahwa masalah yang ada lebih dalam daripada logistik vaksin. 

TerkaitWabah campak mematikan di Indonesia dorong kampanye vaksinasi skala besar - TRT Global

Piprim Basarah Yanuarso, kepala Masyarakat Anak Indonesia (IDAI), mengatakan bahwa kebangkitan campak dan polio mencerminkan konsekuensi dari "pendekatan yang berpusat pada kuratif" yang memprioritaskan pembangunan rumah sakit daripada pencegahan. 

"Inilah sebabnya kami sekarang tertangkap basah oleh lonjakan wabah campak yang tiba -tiba," katanya. Piprim menambahkan bahwa imunisasi telah lama tersedia di pos dan pusat kesehatan masyarakat, membuat kembalinya penyakit ini "tidak dapat diterima.", sebagaimana dikutip dari laporan The Jakarta Post.

Ilham Akhsanu Ridlo, seorang ahli kebijakan kesehatan dari Universitas Airlangga, menunjuk pada implementasi regional yang tidak konsisten dan tekanan pendanaan sebagai risiko tambahan. Dia mencatat bahwa anggaran kesehatan di daerah tersebut secara tidak langsung dikurangi oleh langkah -langkah penghematan pemerintah pusat, dengan dana yang dialihkan ke program andalan Presiden Prabowo Subianto seperti inisiatif makan bergizi gratis (MBG).

"Intervensi kesehatan tergantung pada dukungan pemerintah yang kuat dan keterlibatan masyarakat," kata Ilham, memperingatkan bahwa rencana anggaran terbaru memotong hampir 25 persen transfer regional menjadi Rp650 triliun.

Di belakang kesenjangan kebijakan pemerintah terletak peningkatan tajam dalam kasus infeksi.

Kementerian Kesehatan RI mengkonfirmasi hampir 3.500 kasus infeksi campak di 42 wilayah di seluruh negara sejak Januari, termasuk Jakarta, Banten dan Sumenep. Dalam yang terakhir, 20 anak yang tidak divaksinasi telah meninggal tahun ini. 

Wabah itu mengikuti kekhawatiran publik yang meningkat pada bulan Juli setelah kematian seorang balita berusia tiga tahun di Jawa Barat yang terkait dengan infeksi parasit yang parah, yang menyalakan kembali kekhawatiran tentang penyakit terkait kebersihan. 

Polio, yang dinyatakan sudah dieliminasi di Indonesia pada tahun 2014 oleh WHO, juga telah muncul kembali di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta.

TerkaitTRT Global - Balita Sukabumi meninggal dengan tubuh dipenuhi cacing, RSUD ungkap kondisinya
SUMBER:TRT Indonesia & Agensi
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us