Indonesia tengah mempersiapkan Pulau Galang, sebuah pulau tak berpenghuni di barat laut Tanah Air, untuk merawat hingga 1.000 korban luka dari Jalur Gaza. Rencana ini menjadi bagian dari misi kemanusiaan yang diumumkan Presiden Prabowo Subianto pada April lalu, di tengah meningkatnya jumlah korban akibat perang yang masih berlangsung di Palestina.
Langkah ini datang setelah pemerintah memastikan adanya kesiapan infrastruktur medis di Pulau Galang, yang pernah berfungsi sebagai rumah sakit darurat COVID-19. Pemerintah menyebut lokasi tersebut memiliki keunggulan strategis, baik dari sisi fasilitas maupun akses logistik, sehingga dapat segera dioperasikan kembali jika diperlukan.
Menteri Luar Negeri Sugiono mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan komunikasi dengan sejumlah pihak internasional untuk memastikan kelancaran program ini.
“Kami siap merawat hingga 1.000 anak-anak, perempuan, atau korban luka yang membutuhkan perawatan medis, tentu dengan persetujuan semua pihak yang terlibat, termasuk negara tetangga seperti Yordania dan Mesir, serta otoritas Palestina sendiri. Untuk itu, kami menyiapkan lokasi alternatif tempat mereka bisa kami tampung dan rawat,” ujarnya, dikutip dari AP.
Galang disiapkan dengan infrastruktur yang sudah ada
Pulau Galang memiliki sejarah panjang. Pada 1970-an hingga 1990-an, pulau ini menjadi tempat penampungan sekitar 250.000 pengungsi asal Vietnam di bawah pengelolaan Badan Pengungsi PBB (UNHCR). Fasilitas seperti sekolah, rumah sakit, dan asrama masih tersisa hingga kini.
Pada 2020, pemerintah mengubah kawasan bekas kamp pengungsi itu menjadi rumah sakit darurat COVID-19 berkapasitas 340 tempat tidur dan 20 ruang observasi. Fasilitas ini aktif hingga Desember 2022 sebelum pengelolaannya dialihkan ke Kementerian Pertahanan.
Sugiono menegaskan bahwa pengalaman dan infrastruktur tersebut menjadi alasan Galang dipertimbangkan kembali.
“Presiden menyebut Pulau Galang sebagai alternatif, dan kami juga sedang mengkaji opsi lain,” katanya.
Dukungan penuh dari pemerintah daerah
Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, yang wilayahnya mencakup Pulau Galang, menyatakan dukungan penuh terhadap rencana ini. Wakil Gubernur Nyanyang Haris Pratamura mengatakan pihaknya akan segera membantu mempersiapkan fasilitas yang ada.
“Ini program pemerintah pusat, dan tentu harus kita dukung. Harapannya, melalui upaya ini, kita bisa mempererat hubungan antara Indonesia dan Palestina,” ujarnya, dikutip dari The Jakarta Post.
Nyanyang juga menegaskan bahwa pasien Palestina akan dirawat di kompleks rumah sakit dan tidak akan ditempatkan di luar area fasilitas tersebut. Ia memastikan program ini tidak akan mengganggu iklim investasi di Batam atau wilayah sekitar.
Kepala Kantor Komunikasi Presiden, Hasan Nasbi, menambahkan bahwa pasien dari Gaza tidak akan tinggal permanen di Indonesia.
“Ini bukan relokasi permanen. Setelah perawatan selesai, mereka akan dikembalikan ke Gaza,” katanya.
Hingga kini, belum ada kepastian waktu kedatangan pasien. Pemerintah menyebut masih berkoordinasi dengan Yordania, Mesir, dan otoritas Palestina untuk memastikan keamanan dan kelancaran proses evakuasi. Misi kemanusiaan ini juga mencakup pengiriman bantuan makanan dan logistik menggunakan pesawat kargo Hercules.
Meski disambut positif oleh banyak pihak, sebagian kelompok dalam negeri menyuarakan kekhawatiran bahwa memindahkan warga Gaza, walau sementara, dapat dimanfaatkan pihak lain untuk mengosongkan wilayah tersebut. Pemerintah Indonesia menegaskan langkah ini murni untuk tujuan kemanusiaan dan akan dilaksanakan dengan koordinasi penuh bersama pihak-pihak terkait di Timur Tengah.
