Thailand dan Kamboja pada Kamis menyepakati kehadiran tim pengamat dari Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) untuk memantau pelaksanaan gencatan senjata di sepanjang perbatasan yang disengketakan kedua negara.
“Kedua pihak sepakat bahwa Tim Pengamat Sementara yang terdiri dari atase pertahanan negara anggota ASEAN yang terakreditasi di Kamboja atau Thailand dan dipimpin oleh Atase Pertahanan Malaysia akan dibentuk secara terpisah dan independen di masing-masing negara, untuk secara reguler mengamati pelaksanaan gencatan senjata,” demikian bunyi pernyataan bersama Thailand dan Kamboja.
Selain itu, kedua negara juga menyetujui untuk “mempertahankan penempatan pasukan saat ini tanpa pergerakan tambahan” dan “tidak meningkatkan kekuatan militer” di sepanjang garis perbatasan, sebagaimana tertuang dalam kesepakatan 13 poin tersebut.
Kesepakatan damai melalui jalur diplomasi
Kesepakatan dicapai dalam pertemuan Komite Perbatasan Umum yang diketuai bersama oleh Kepala Pertahanan Kamboja Jenderal Tea Seiha dan Kepala Pertahanan Thailand Jenderal Nattaphon Narkphanit di Kuala Lumpur, ibu kota Malaysia.
Menurut pernyataan dari Kementerian Informasi Kamboja, kedua negara menyatakan “komitmen untuk menjaga perdamaian di sepanjang perbatasan, dengan Malaysia sebagai mediator.” Tujuan utama dari kesepakatan ini, sebagaimana dilaporkan Thai Enquirer, adalah untuk “memastikan hidup berdampingan secara damai antar komunitas perbatasan.”
Pada hari yang sama, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menerima kedua menteri pertahanan sebelum pertemuan bilateral dengan komite perbatasan dimulai.
Kepada media, Anwar mengatakan kedua pihak telah “memberikan komitmen penuh untuk menjalankan gencatan senjata secara total” di wilayah perbatasan. “Faktanya, kedua negara menginginkan Malaysia tetap memfasilitasi negosiasi damai tanpa melibatkan pihak lain dari dalam maupun luar ASEAN,” ujar Anwar dalam pernyataan di platform X.
Malaysia tegaskan komitmen bantu proses perdamaian
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat bulan lalu, ketika bentrokan lintas batas menyebabkan puluhan korban jiwa dan luka-luka. Pada 28 Juli lalu, dalam pertemuan trilateral bersama Perdana Menteri Malaysia, kedua negara menyepakati gencatan senjata tanpa syarat.
“Itu adalah pertemuan yang bermakna,” kata Anwar usai bertemu dua kepala pertahanan tersebut.
Pertemuan komite perbatasan tingkat pejabat dimulai pada Senin dan ditutup hari ini dengan partisipasi kedua menteri pertahanan. Pejabat dari Malaysia, Amerika Serikat, dan China juga hadir sebagai pengamat.
Pertemuan ini, menurut Anwar, “menghasilkan konsensus penting untuk menjaga dialog dan menegakkan gencatan senjata di perbatasan Thailand–Kamboja.” Ia juga menegaskan kepercayaan yang diberikan kepada Malaysia untuk terus memfasilitasi proses damai.
“Saya menghargai kepercayaan yang diberikan kepada Malaysia. Kami akan terus mendukung proses ini karena kami percaya bahwa perdamaian abadi hanya bisa dicapai melalui dialog, saling menghormati, dan persahabatan sejati,” kata Anwar. Ia juga menyebut Kepala Angkatan Pertahanan Malaysia, Jenderal Tan Sri Mohd Nizam Jaffar, turut serta dalam proses tersebut.
Menurut Anwar, kedua pihak telah menyepakati sejumlah poin penting, termasuk komitmen penuh terhadap gencatan senjata tanpa bentuk agresi apa pun, tidak ada peningkatan atau reposisi pasukan, menghindari tindakan provokatif, serta perlindungan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil.
Thailand dan Kamboja bersengketa soal wilayah perbatasan antara Provinsi Preah Vihear di Kamboja dan Provinsi Ubon Ratchathani di timur laut Thailand. Ketegangan kembali mencuat sejak 28 Mei lalu ketika seorang tentara Kamboja tewas, yang kemudian disusul bentrokan mematikan antara kedua militer.
