Indonesia mencatat lebih dari 4000 gempa bumi sepanjang Agustus 2025, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG menyatakan 4.071 gempa terdeteksi di seluruh negeri bulan lalu, yang sebagian besar terlalu lemah untuk dirasakan.
Daryono, Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat mengatakan bahwa dari total tersebut, 21 gempa tercatat di atas magnitudo 5,0, sementara 4.050 sisanya merupakan gempa yang lebih kecil. Hanya 90 gempa yang dirasakan oleh penduduk, dan hanya tiga yang menyebabkan kerusakan struktural.
Gempa bumi yang merusak tersebut meliputi gempa berkekuatan 6,3 magnitudo di Sarmi, Papua, pada 12 Agustus, gempa berkekuatan 5,8 magnitudo di Poso, Sulawesi Tengah, pada 17 Agustus, dan gempa berkekuatan 4,7 magnitudo di Karawang, Jawa Barat, pada 20 Agustus.
Daryono juga mengimbau masyarakat untuk tidak mempercayai informasi yang salah seputar prediksi gempa bumi, dan menekankan bahwa hanya informasi resmi dari BMKG yang dapat dipercaya.
"Para pakar seismologi sangat berhati-hati dan tidak akan pernah mengeluarkan prediksi publik. Ironisnya, mereka yang tidak memiliki pengetahuan memadailah yang sering membuat klaim semacam itu," tegasnya sebagaimana yang dikutip dari Jakarta Globe.
Letak Indonesia di "Cincin Api" samudera Pasifik menjadikan negara ini salah satu negara paling rawan bencana di dunia. Negara kepulauan yang luas ini terletak di atas titik pertemuan beberapa lempeng tektonik utama, sehingga sangat rentan tidak hanya terhadap gempa bumi yang sering terjadi, tetapi juga letusan gunung berapi, tsunami, dan bencana geologi lainnya.
Setiap tahun, ribuan gempa tercatat, beberapa di antaranya mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan yang signifikan. Dikombinasikan dengan banjir dan tanah longsor musiman, negara ini menghadapi tantangan yang terus-menerus dalam memperkuat kesiapsiagaan dan ketahanan bencana bagi lebih dari 280 juta penduduknya yang tersebar di ribuan pulau.