Parlemen Thailand telah memilih Anutin Charnvirakul, pemimpin Partai Bhumjaithai yang berusia 58 tahun, sebagai perdana menteri berikutnya.
Anutin memperoleh 311 suara di parlemen yang memiliki 493 kursi, melebihi ambang batas yang diperlukan untuk menjadi perdana menteri negara Asia Tenggara tersebut, menurut Bangkok Post.
Dalam pemilu umum Thailand 2023, Partai Pheu Thai memenangkan 141 kursi, menjadikannya partai terbesar kedua, sementara Partai Move Forward memenangkan 151 kursi.
Partai Bhumjaithai yang dipimpin Anutin dikenal sebagai “penentu kekuasaan sejati,” menurut para ahli studi Thailand, Napon Jatusripitak dan Suthikarn Meechan, dalam sebuah artikel yang diterbitkan secara daring tahun lalu.
“Hal ini berasal dari kurangnya komitmen ideologis (kecuali menjadi lebih pro-monarki dalam beberapa tahun terakhir), taktik agresif dalam merekrut anggota parlemen dari partai lain, dan pragmatisme seperti Teflon dalam membentuk dan mengubah aliansi,” tulis mereka.
Ambisi politik pria berusia 58 tahun ini didukung oleh kekayaan keluarganya dan basis kekuatan regional yang kuat di wilayah Isan, timur laut Thailand, di mana Partai Bhumjaithai mendapatkan dukungan dari populasi pedesaan yang besar.
Pemilihan perdana menteri di parlemen diumumkan sebelumnya setelah Mahkamah Konstitusi mencopot Paetongtarn Shinawatra dari jabatannya.
Pengadilan menemukan bahwa ia melanggar standar etika dengan mengkritik seorang komandan senior Thailand dalam percakapan telepon dengan pemimpin Kamboja, Hun Sen, di tengah ketegangan perbatasan. Pada hari Selasa, Paetongtarn mengajukan gugatan hukum untuk menantang keputusan tersebut.
Episode ini semakin memperburuk gejolak dalam sistem politik Thailand, yang sering mengalami bentrokan antara pemerintah terpilih dan lembaga peradilan sejak penggulingan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra pada tahun 2006.