Investor asal China semakin gencar mencari peluang bisnis di Indonesia. Mereka memanfaatkan tarif impor Amerika Serikat yang lebih rendah bagi produk Indonesia dibandingkan produk China, sekaligus mengincar pasar konsumen domestik yang besar.
Gao Xiaoyu, pendiri PT Yard Zeal Indonesia, mengungkapkan perusahaannya dibanjiri permintaan dari perusahaan China yang ingin mendirikan operasi atau memperluas bisnis di Tanah Air. “Belakangan ini cukup sibuk. Kami ada pertemuan dari pagi sampai malam,” ujarnya seperti dilaporkan Reuters.
Tarif impor AS untuk produk Indonesia saat ini sebesar 19 persen, lebih rendah dibandingkan tarif untuk produk China yang lebih dari 30 persen. Keunggulan ini membuat Indonesia menjadi alternatif menarik bagi perusahaan China, selain negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Ekonomi tumbuh, pasar domestik jadi magnet
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia tumbuh 5,12 persen pada kuartal kedua 2025, pertumbuhan tercepat dalam dua tahun terakhir. Konsumsi rumah tangga yang tetap tinggi dan peningkatan investasi menjadi pendorong utama.
Zhang Chao, produsen lampu sepeda motor asal China, menilai Indonesia memiliki keunggulan strategis. “Jika Anda bisa membangun kehadiran bisnis yang kuat di Indonesia, Anda secara efektif menguasai setengah pasar Asia Tenggara,” ujarnya.
Dengan lebih dari 270 juta penduduk, konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 50 persen PDB Indonesia. Marco Foster, Direktur ASEAN di Dezan Shira & Associates, menyebut Indonesia sebagai salah satu pasar domestik terbesar di kawasan yang menawarkan daya beli tinggi bagi investor asing.
Selain itu, pemerintah terus mendorong kemudahan investasi melalui insentif pajak, pembangunan infrastruktur logistik, dan pengembangan kawasan industri strategis. Hubungan bilateral yang kian erat, seperti kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Beijing dan kunjungan Perdana Menteri China Li Qiang ke Jakarta, turut memperkuat minat investor.
Lonjakan permintaan properti industri
Di Subang Smartpolitan, kawasan industri seluas 2.700 hektar di Jawa Barat, permintaan dari investor China meningkat drastis setelah pengumuman tarif AS-Indonesia. Abednego Purnomo, Wakil Presiden Penjualan dan Pemasaran Subang Smartpolitan, mengatakan pihaknya menerima banyak permintaan dari perusahaan China yang ingin masuk cepat ke pasar Indonesia.
Harga properti industri dan gudang bahkan melonjak 15–25 persen dibandingkan tahun lalu, kenaikan tercepat dalam 20 tahun terakhir. Banyak perusahaan China dari sektor manufaktur, mainan, tekstil, hingga kendaraan listrik mencari fasilitas di Jawa Barat, khususnya dekat Patimban Deep Sea Port.
Rivan Munansa, Kepala Layanan Industri dan Logistik Colliers International Indonesia, menjelaskan sebagian besar investor menginginkan lahan dan bangunan sementara yang bisa langsung digunakan untuk produksi.
Zhang Chao menambahkan, keuntungan usaha di Indonesia bisa mencapai margin bersih 20–30 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan margin tipis di China yang hanya sekitar 3 persen.