Presiden Xi Jinping menyampaikan kepada mitranya dari Iran, Masoud Pezeshkian, bahwa China mendukung hak Iran atas energi nuklir sipil dan menentang penggunaan kekuatan untuk menyelesaikan perbedaan.
"Penggunaan kekuatan bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan perbedaan. Komunikasi dan dialog adalah jalan yang benar untuk mencapai perdamaian yang langgeng," kata Xi kepada Pezeshkian selama pembicaraan di Beijing pada hari Selasa, menurut laporan dari penyiar negara CCTV.
China "menghormati hak Iran untuk menggunakan energi nuklir secara damai" dan mencari solusi untuk isu nuklir Iran "yang mempertimbangkan kekhawatiran sah dari semua pihak," tambahnya.
Sebagai mitra dekat Iran sekaligus mitra dagang terbesarnya, China menyatakan menentang langkah yang diambil oleh Prancis, Inggris, dan Jerman yang dapat memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran.
Negara-negara tersebut pada hari Kamis mengatakan bahwa mereka telah mengaktifkan mekanisme "snapback", yang memulai proses 30 hari untuk memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran.

SCO memperingatkan terhadap upaya untuk ‘menafsirkan ulang’ resolusi PBB
Langkah tersebut diambil setelah berminggu-minggu peringatan mengenai dugaan pelanggaran Iran terhadap perjanjian 2015 dengan kekuatan dunia untuk membatasi program nuklirnya. Sanksi tersebut sebelumnya ditangguhkan berdasarkan kesepakatan tersebut.
Iran menghentikan kerja samanya dengan Badan Energi Atom Internasional, pengawas nuklir PBB, setelah Israel melancarkan perang selama 12 hari dengan negara tersebut pada bulan Juni.
Israel berusaha menghancurkan kemampuan nuklir Iran sementara Amerika Serikat melancarkan serangan udara selama perang tersebut.
Pada hari Senin, Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) - sebuah kelompok pemimpin Eurasia termasuk China, Iran, dan Rusia - memperingatkan terhadap upaya untuk "menafsirkan ulang" resolusi PBB yang mendukung kesepakatan nuklir Iran 2015.
Negara-negara anggota SCO menyatakan bahwa "segala upaya untuk menafsirkan atau menafsirkan ulang resolusi ini secara sewenang-wenang akan merusak otoritas Dewan Keamanan," menurut deklarasi akhir dari pertemuan puncak mereka di Tianjin.