Presiden Indonesia Prabowo Subianto pada Senin (8/9) mengganti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan ekonom Purbaya Yudhi Sadewa, yang berjanji akan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Pergantian ini terjadi di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi di negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Sri Mulyani, yang dikenal berhati-hati dalam mengelola fiskal selama berbagai krisis, harus meninggalkan jabatannya kurang dari setahun setelah Prabowo dilantik sebagai presiden. Penggantinya, Purbaya, menegaskan target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan presiden “bukan hal mustahil”.
“Kami akan mencari cara untuk mendorong ekonomi lebih cepat dengan melibatkan sektor swasta maupun pemerintah. Tidak ada kebutuhan untuk pajak baru,” kata Purbaya kepada wartawan, dikutip dari Reuters.
Menteri Sekretariat Negara Prasetyo Hadi menyampaikan bahwa Sri Mulyani “tidak mengundurkan diri maupun diberhentikan,” melainkan keputusan pergantian menteri sepenuhnya merupakan hak prerogatif presiden.
Protes nasional dan program ambisius
Pergantian menteri keuangan ini berlangsung ketika Prabowo menghadapi tantangan terbesar dalam masa pemerintahannya, yakni protes dan kerusuhan yang sudah berlangsung selama dua pekan. Gelombang demonstrasi dipicu oleh kemarahan publik atas tunjangan besar bagi legislator, namun berkembang menjadi kritik terhadap sistem perpajakan dan alokasi anggaran negara.
Salah satu program unggulan Prabowo, yakni penyediaan makanan bergizi gratis bagi lebih dari 80 juta warga, menghadapi masalah dari sisi anggaran maupun logistik di tahun pertamanya.
Dalam pidato pada Agustus lalu, Purbaya menekankan pentingnya pembangunan yang adil demi keadilan sosial, seraya mengingatkan pemikiran ekonomi ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikoesoemo, yang juga pernah menjadi menteri di era Presiden Soeharto.
“Salah satu kunci stabilitas ekonomi adalah program berkelanjutan yang langsung menjangkau masyarakat,” kata Purbaya.
Latar belakang Sri Mulyani dan dampak pasar
Sri Mulyani merupakan salah satu menteri keuangan dengan masa jabatan terlama di Indonesia. Pertama kali menjabat pada 2005, ia kembali dipercaya pada 2016 dan berhasil membawa Indonesia melewati pandemi serta krisis keuangan global. Reputasinya sebagai “tangan yang stabil” dalam mengelola fiskal membuat kepergiannya menimbulkan kegelisahan pasar.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,3 persen setelah pengumuman, menghapus kenaikan sebelumnya. Sementara rupiah hanya sedikit berubah, obligasi global Indonesia justru melemah dengan surat utang jatuh tempo 2045 turun 0,33 sen menjadi 97,58 sen per dolar.
Gelombang protes yang turut menargetkan Sri Mulyani kian memanas pada akhir Agustus, ketika rumah pribadinya sempat dijarah.
Meski demikian, Purbaya menepis dampak demonstrasi tersebut. “Kalau pertumbuhan ekonomi 6–7 persen tercapai, protes itu akan hilang dengan sendirinya. Mereka akan sibuk bekerja dan makan dengan baik, bukan turun ke jalan,” ujarnya.
Namun, sejumlah pengamat menilai pilihan Prabowo tidak ideal. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Fadhil Hasan, mengatakan Purbaya adalah ekonom yang baik, tetapi tidak memiliki pengalaman langsung dalam mengelola kebijakan fiskal maupun ekonomi secara keseluruhan, sehingga “bukan pilihan terbaik”.
