Hujan deras dan banjir besar di wilayah utara Pakistan telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur dan lahan pertanian, termasuk ratusan rumah, jalan, dan jembatan, serta menghanyutkan ternak.
Masyarakat yang terdampak kini menghadapi cobaan yang lebih berat, yaitu merebaknya penyakit yang ditularkan melalui air dan penyakit lainnya, selain trauma psikologis.
Wabah yang diperkirakan ini telah mendorong otoritas kesehatan pemerintah dan organisasi bantuan non-pemerintah untuk mendirikan klinik darurat dan kamp medis, terutama di wilayah barat laut provinsi Khyber Pakhtunkhwa, guna menangani lonjakan besar penyakit yang ditularkan melalui air dan penyakit kulit.
Kecelakaan terkait hujan dan banjir telah menewaskan lebih dari 400 orang di seluruh provinsi sejak 15 Agustus, menurut otoritas manajemen bencana provinsi.
"Situasi pasca-banjir bahkan lebih berbahaya karena ancaman wabah yang mengintai dapat menewaskan lebih banyak orang dibandingkan banjir itu sendiri," ujar Dr. Abdul Ghafoor Shoro, sekretaris jenderal Asosiasi Medis Pakistan, sebuah badan nasional profesional medis.
Berbicara kepada Anadolu, Shoro menyerukan perlunya "rencana pencegahan" segera yang melibatkan penyediaan kebutuhan kesehatan dasar, termasuk air minum bersih dan kebersihan, untuk mengurangi bahaya.
"Mengingat kondisi kebersihan saat ini, kita tidak dapat sepenuhnya menahan wabah dan kemungkinan kematian, tetapi rencana pencegahan yang cerdas dapat mengurangi skala bencana sekunder hingga tingkat yang cukup baik," tambahnya.
Ribuan orang terjebak
Dr. Mohammad Zahid Latif, kepala divisi kesehatan Al Khidmat Foundation, salah satu organisasi bantuan non-pemerintah terbesar di negara itu, mengatakan bahwa penyakit yang ditularkan melalui air dan penyakit kulit sudah meningkat di daerah-daerah yang terkena banjir.
"Ribuan orang, terutama anak-anak, datang dengan keluhan diare, gastroenteritis, demam berdarah, malaria, dan masalah kulit. Ribuan lainnya (dengan keluhan serupa) masih terjebak di pinggiran karena jalan yang terblokir dan jembatan yang hanyut," katanya kepada Anadolu.
Kebutuhan kesehatan reproduksi dan mental adalah masalah besar lainnya yang sedang dihadapi oleh populasi yang terdampak, tambah Latif.
"Banyak orang yang terdampak datang kepada kami dengan trauma berat dan gangguan stres karena bencana yang mereka alami," katanya, dengan kekhawatiran bahwa rasa sakit fisik dan cedera akan sembuh dalam beberapa minggu atau bulan, tetapi trauma mental akan membutuhkan waktu lama untuk hilang.
Mendukung pandangan tersebut, Ataullah Khan, juru bicara departemen kesehatan provinsi, mengatakan bahwa pemerintah telah mulai mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini.
"Selain penyakit menular, masyarakat juga menghadapi trauma dan gangguan stres akut. Untuk menangani masalah ini, pemerintah provinsi telah mengirimkan psikiater terlatih ke daerah-daerah yang terkena banjir bekerja sama dengan asosiasi psikiater," kata Khan kepada Anadolu.
